Ternyata sasaran kegiatan spamming bukan hanya terbatas pada pemilik email, telepon, atau selular. Masih ada ‘korban’ lain. Salah satunya adalah search engine dan direktori—selanjutnya disebut search engine saja—seperti Google, Yahoo!, Altavista, Lycos, AlltheWeb, dan sebagainya. Tidak seperti umumnya, aksi menyepam search engine bukan bertujuan untuk jualan barang atau menawarkan jasa meskipun sebenarnya tidak jauh-jauh juga dari urusan marketing. So, what? Apalagi kalau bukan untuk mempengaruhi peringkat pada hasil pencarian yang terjadi di search engine agar berada di urutan paling atas.
Pada umumnya perilaku menyepam search engine itu—baik dilakukan dengan sengaja (tahu bahwa itu spam) atau tidak tahu—merupakan kerjaan dari webmaster dengan tujuan ‘mulia’. Yaitu, ingin situs webnya cepat terkenal dan laris dalam waktu singkat.
Namun, seperti aksi spam lainnya, perilaku semacam itu juga punya risiko yang harus siap ditanggung. Setidaknya kalau ketahuan, situs web yang didaftarkan itu ada kemungkinan tidak akan dimasukkan dalam database dan paling apes ya diblacklist, diblokir, atau dihapus dari database jika sebelumnya telah terdaftar.
Buat webmaster yang nakal sih mungkin tidak masalah, karena sudah merupakan konsekuensi bermain-main dengan spam. Tapi bagi barisan webmaster baik-baik yang tidak sengaja dan tidak tahu soal itu, asal bukan pura-pura, apa bukannya sial tuh? Maunya ngetop malah diblokir sana-sini.
Trik-trik berpromosi di search engine memang banyak bertebaran di mana-mana. Namun tidak semuanya oke. Selain banyak yang sudah tidak manjur, tidak sedikit juga yang menawarkan cara agak licik untuk ‘mengakali’ search engine.
Nah, biar terhindari dari ‘musibah’, ada sejumlah trik tertentu yang mesti dicermati sekaligus dihindari jauh-jauh sebelum mulai beraksi. Apa saja?
Invisible Text
Ini trik menipu search engine yang tergolong paling basi karena paling umum digunakan oleh para spammer search engine. Intinya adalah menebarkan keyword di sembarang tempat dalam satu halaman dengan menggunakan warna font yang sama dengan warna background agar tidak terlihat dengan mata tapi terbaca oleh robot/parser search engine. Biasanya deretan teks diletakkan di bagian header atau footer dengan font kecil-kecil. Bisa Anda lihat dengan melakukan seleksi menggunakan mouse atau menekan Ctrl-A di browser. Asal tahu saja, yang banyak menggunakan trik semacam ini kebanyakan adalah situs-situs web porno. Trik ini pun basi karena search engine seperti Google menurunkan poin teks yang nilai kontrasnya (perbedaan warna teks vs latar belakang) rendah.
Unrelated Keywords
Bisa jadi keserakahan adalah pangkal dari tindakan spammer. Karena ingin ngetop dengan cepat, semua keyword yang dianggap populer dijejalkan dalam judul dokumen (
Salah satu yang masih memakai trik ini adalah situs web milik seorang desainer web lokal yang cukup terkenal. Tidak jelas apakah yang bersangkutan itu kuper atau bagaimana, di situs webnya bisa ditemui banyak dipasangi unrelated keywords baik di bagian judul maupun tag meta. Beberapa di antaranya diantaranya adalah kata “porn”, “dating”, dan “voip” yang entah apa hubungannya dengan layanan desain web yang ditawarkannya. Begitu juga dengan salah satu webhosting terkenal di Jakarta yang memasang kata-kata semacam “geocities” dan “xoom” pada tag meta halaman HTML-nya. Mungkin minta dituntut dulu oleh yang punya merek dagang baru kapok. Khusus untuk kata-kata berbau ‘adult’, sebenarnya saat ini hampir semua search engine sudah memblokirnya sehingga trik semacam itu jadi basi.
Keyword Stuffing
Ini adalah cara kuno yang dulunya pernah sangat ‘sakti’ menipu search engine seperti Altavista. Trik ini menyarankan untuk mengumbar kata-kata kunci yang Anda andalkan secara berlebihan pada bagian halaman yang tidak terlihat atau kurang diperhatikan pengunjung dengan tujuan “to increase keyword density”. Contohnya:web design web design web design web design web design web design
web design web design web design web design web design
Sekarang, trik ini sudah tidak ampuh bagi kebanyakan search engine—termasuk Google dan Altavista—karena search engine tidak menilai berdasarkan frekuensi keyword lagi melainkan melalui mekanisme pembobotan link (istilah kerennya “PageRank” kalau di Google).
Hidden Tags
Kalau otaknya sudah termasuk otak promosi memang susah. Semua celah berusaha dimasuki, termasuk memanfaatkan hidden tags macam tag komentar, atribut di input form HIDDEN, atribut ALT, tag FONT, dan sebagainya. Misalnya: